(Kita dan Pelangi dalam kornea)
Sesobek kertas dalam pikiran dan setumpuk warna jadi tumpuan.
Lewat kedalaman kornea hitamku aku mulai beradu dengan lupa dan meluapkan ingatan tentang wajah-wajah yang memimpikan senyuman sampai aku terantuk pada ujung pikiran... retak dengan celah yang tak terbilang dalamnya.
Sungguh aku mulai membubuhkan titik-titik yang kemudian menjerit berlarian karena kupaksa berkumpul sampai batas ubun-ubun, mereka memunculkan kebahagiaan, mereka membentuk bayanganmu, bayangku dan "bayang-bayang yang pecah dari keberadaan kita".
Bayangan yang sering aku terka dalam nyenyak tidurku, bayangan yang selalu bermain petakumpet denganku dan bayangan yang ingin aku peluk dalam wujud nyata.
Sayang seribu sayang, kita masih terperangkap dalam sesobek kertas ini.
Lewat permainan warna aku menjadi prisma dan kau adalah matahari sedangkan "bayang-bayang yang pecah dari keberadaan kita" adalah warna putih yang kita uraikan bersama..menjadi pelangi yang selalu menunjukkan kebahagiaan pada ujungnya.
Lalu aku mencampuradukkan sedikit gelap dan setetes terang, menimbang "sedikit lebih kurang" ukuran hingga keadaan tak lagi sumbang tapi seimbang dalam sudut penglihatan.
Tengah malam ini aku memandang sesobek kertas yang telah berganti rupa.
Ada aku, kau dan pelangi indah yang tergambar dalam kornea kita.
"Diamlah disini dihatiku sampai bila-bila masa"
Selamat malam Tuhan,
Disini kebahagiaan tengah aku rasakan.